Selasa, 28 April 2009

Dr Zavos Mulai Kloning Manusia Tanam 14 Embrio di Empat Wanita

Dr Zavos Mulai Kloning Manusia
Tanam 14 Embrio di Empat Wanita
Panayiotis Zavos


Jumat, 24 April 2009 | 07:41 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Diam-diam, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, dr Panayiotis Zavos, mengkloning manusia. Kepada surat kabar Inggris, Independent, Zavos mengaku berhasil mengkloning 14 embrio manusia, 11 di antaranya sudah ditanam di rahim empat orang wanita.

Tidak diketahui di mana Zavos mekakukan kloning tersebut karena di Inggris, tempat ia tinggal, dan sejumlah negara, kloning manusia dilarang. Beberapa kemungkinan muncul tempat di mana Zavos melakukan kloning, antara lain di Timur Tengah atau di Amerika Serikat, tepatnya di Kentucky, lokasi kliniknya, atau Siprus tempat ia lahir.

Tapi empat pasien yang menjadi tempat penanaman sel hasil kloningnya disebutkan, tiga di antaranya wanita sudah menikah dan satu wanita lajang. Keempat wanita itu masing-masing dari Inggris, Amerika Serikat dan sebuah negara di Timur Tengah yang tidak disebutkan.

Namun, sejauh ini hasil kerja Dr Zavos belum membuahkan hasil karena keempat wanita itu belum kunjung hamil meski embrio sudah ditanam di rahim empat wanita tersebut.

“Saya memahami kenapa sejauh ini kami belum memperoleh kehamilan dari embrio yang sudah ditanam. Ini karena ada kondisi yang tidak ideal yang membuat itu tidak terjadi,” kata Dr Zavos. Ke depan, Zavos berencana berkolaborasi dengan Karl Illmensee yang sudah punya banyak pengalaman dengan proses kloning sejak 1980-an.

Untuk uji coba berikutnya, Zavos merekrut 10 pasangan muda untuk menjadi obyek uji coba berikutnya. “Banyak pasangan yang berminat untuk mencoba proses kloning ini di rahimnya,” ujarnya.

Zavos sudah menetapkan biaya untuk setiap orang yang ingin mengkloning. Biaya yang ditetapkan 45.000 dollar AS hingga 75.000 dollar AS atau sekitar Rp 492,3 juta sampai Rp 820,5 juta (kurs Rp 10.940).

Harian Independent menerbitkan berita itu setelah mendapatkan rekaman video hasil proses kloning yang dilakukan Zavos. Bayi hasil kerja Zavos diperkirakan akan lahir dalam beberapa waktu ke depan.

“Tidak ada keraguan dalam hal ini. Bayi hasil kloning akan muncul. Apabila kami meningkatkan usaha, kami akan mendapatkan bayi kloning dalam satu atau dua tahun. Tetapi kami belum tahu sampai sejauh mana peningkatan usaha yang kami dilakukan,” ujar Zavos seperti dilansir Independent.

Tindakan Dr Zavos tentu saja mendapat kecaman dari kalangan ilmuwan dan dianggap melawan etik kedokteran.

Manusia meninggal


Zavos melakukan hal yang berbeda dalam mengkloning manusia. Bila sebelumnya ilmuwan melakukannya dengan meletakkan embrio di tabung percobaan, Zavos langsung manaruhnya di rahim manusia.

Manusia yang dikloning Zavos adalah tiga orang yang sudah meninggal. Satu di antaranya adalah embrio seorang anak berusia 10 tahun bernama Cady. Anak tersebut meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil di Amerika Serikat. Sel darah Cady telah dibekukan dan dikirim ke Zavos. Orangtua Cady setuju dengan persyaratan yang ditentukan apabila kloning embrio anaknya bisa dilahirkan dengan selamat.(dri/sn/thesun/inc/tsn/nca)

7 Langkah Cegah Penyebaran Flu Babi

7 Langkah Cegah Penyebaran Flu Babi

Selasa, 28 April 2009 | 18:53 WIB

BANDUNG, Ada tujuh langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan dalam mewaspadai dan mencegah penyebaran Virus H1N1 atau Flu Babi (Swine Flu).

Demikian dikatakan dalam surat edaran dari Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari yang dibacakan langsung oleh Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Prof Dr dr Cissy RS Prawira SpA(K) MSc, di Ruang Pers RS Hasan Sadikin Bandung, Selasa.

Tujuh langkah tersebut ialah pertama, sudah terpasangnya thermal scanner (alat pendeteksi suhu tubuh) di terminal kedatangan bandara internasional, kedua, mengaktifkan kembali sekitar 80 sentinel untuk surveillance ILI dan Pneumonia baik dalam bentuk klinik atau virologi.

Ketiga,
menyiapkan obat-obatan yang berhubungan dengan penaggulangan Flu Babi yang pada dasarnya adalh Oseltamivir yang sama untuk H5N1 (virus Flu Burung), keempat menyiapakan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada dengan kemampuan menangani kasus Flu Babi.

Kelima menyiapkan kemampuan laboratorium untuk pemeriksaan H1N1 (virus Flu Babi) di berbagai Laboratorium Flu Burung yang sudah ada, keenam, menyebarluaskan informasi ke masyarkat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga.

Terakhir,
simulasi penanggulangan Pandemi Influenza yang baru dilakukan minggu lalu di Makasar juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah dalam menghadapi berbagai kemungkinan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Public health Emergency Internasional Concern (PHEIC) seperti Flu Babi.

Menurut Cissy, virus H5N1 jauh lebih berbahaya daripada virus H1N1, terutama di Indonesia (jika dilihat dari angka kematianya).

Dikatakannya, kemungkinan virus H1N1 tidak akan mampu hidup di daerah tropis seperti Indonesia, sedangkan H1N1 biasanya hidup di daerah empat musim (kecuali pada saat musim semi dan panas).

Minggu, 26 April 2009

Awas Flu Singapura!

JAKARTA, Setelah kasus demam berdarah dengue (DBD), kini warga yang tinggal di wilayah Jakarta dan Depok kembali dihebohkan dengan munculnya penyakit "flu singapura". Gejala yang muncul tidak jauh brbeda dengan flu biasa yakni demam dan disertai sariawan dalam rongga mulut, tenggorokan meradang, dan muncul bercak-bercak hingga cacar air di kaki, telapak tangan, serta telapak kaki.

"Data dari Dinas Kesehatan DKI menyebutkan, pada Februari terhadap dua kasus flu singapura. Pada bulan Maret juga terdapat dua kasus penyakit serupa. Tapi, pada April sampai Rabu ini belum ada laporan kasus itu," papar Asisten Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Effendi usai menghadiri pemaparan hasil survei YLKI dan Fakta mengenai Pelanggaran Kawasan Dilarang Merokok di berbagai kantor pemerintah di DKI, di Jakarta Media Center (JMC), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (15/4).

Dalam catatan Kompas, flu Singapura pernah menyerang salah seorang anak di Jakarta Selatan pada tahun 2004. Saat itu, satu sekolah asing terpaksa diliburkan dan diisolasi untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit tersebut (Kompas, 18 April). Kasus flu singapura kembali muncul tahun 2007 dan menyerang anak di Jakarta Timur (Kompas, 5/9).

Anas mengimbau, warga harus waspada terhadap penyakit flu Singapura yang terjadi di Jakarta pada bulan Februari dan Maret serta saat ini sudah menjangkiti beberapa warga Depok, Jawa Barat.

"Penyakit menular melalui kontak langsung, batuk, urine, dan feces ini banyak menyerang bayi dan anak-anak. Penularannya sangat cepat. Namun, penyakit ini tidak mematikan," kata Anas di Jakarta Media Center, Jakarta Pusat, Rabu (15/4).

Namun dalam kasus flu Singapura, si penderita mengalami sariawan, bibirnya pecah-pecah, lidah dan tenggorokannya meradang. Selain itu, pada kulit si penderita terdapat bercak lebar-lebar warna merah.

Menurut Anas, penyakit flu Singapura dibawa masuk oleh mereka yang masuk ke Indonesia setelah berpergian atau berlibur dari luar negeri. Masa inkubasi selama tujuh hari. Penyakit ini dengan cepat menular melalui udara, percikan air liur, urine, feses, dan bersentuhan langsung dengan penderita.

"Jika ada warga yang mengalami gejalan-gejala tersebut segeralah mendatangi puskesmas atau dokter agar segera diambil tindakan," tandas Anas.

Puskesmas

Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat (Sudin Kesmas) Jakarta Pusat Hakim Siregar mengimbau, seluruh puskesmas di Jakarta Pusat harus mewaspadai penyebaran penyakit itu. Jika ada warga di satu wilayah yang suspect, kata Hakim, petugas kesehatan dari puskesmas diminta langsung mengambil tindakan cepat mengirim tenaga medis untuk memastikan. Jika sudah pasti, langsung melokalisir daerah tersebut untuk memastikan virus tak menyebar.

Hakim mengatakan, hingga kini pihaknya terus melakukan koordinasi dan melakukan deteksi dini dengan Dinkes DKI Jakarta guna mencegah masuknya penyakit ini ke wilayah Ibukota.

Hakim memastikan, tindakan preventif selalu dilakukan sehingga penyakit flu Singapura belum pernah ditemukan kasusnya di Jakarta Pusat. Karena itu, pihaknya menghimbau kepada masyarakat jika mengalami gejala-gejala penyakit mirip flu Singapura, maka segera periksa ke Puskesmas terdekat untuk secepatnya diambil tindakan.

Bukan Mimpi, Pembangkit Listrik di Orbit Bumi

Bukan Mimpi, Pembangkit Listrik di Orbit Bumi
Ilustrasi satelit Iridium di orbit Bumi. Satelit yang mengalami tabrakan dengan satelit Russia merupakan salah satu dari jaringan 65 satelit Iridium yang melayani sambungan telepon portabel untuk 300.000 pengguna di AS.


WASHINGTON, Sebuah perusahaan energi di AS tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (PLTM) yang akan ditempatkan di satelit yang mengorbit Bumi. Cara tersebut akan efektif karena pemanfaatan sinar Matahari bisa dilakukan 24 jam tak perlu tergantung cuaca dan perubahan siang malam.

Desain pembangkit listrik berbasis satelit tersebut saat ini tengah dirancang Solaren Corp. Satelit tersebut akan membawa rangkaian sel surya yang membentang hingga beberapa kilometer dan ditempatkan di ketinggian 40.000 kilometer.

Sel-sel surya akan mengumpulkan panas Matahari yang selanjutnya akan diubah menjadi gelombang radio. Gelombang radio tersebut lalu dipancarkan ke stasiun-stasiun penerima di permukaan Bumi. Di stasiun-stasiun tersebut, gelombang radio dikonversi lagi kali ini menjadi energi listrik yang akan dialirkan ke jaringan listrik.

Solaren telah mendapat kontrak dari Pacific Gas & Electric (PG&E), perusahaan listrik di California untuk memasok 200 megawatt dari pembangkit tersebut yang cukup untuk 250.000 pelanggan. Jika berjalan lancar, pembangkit tersebut mulai beroperasi tahun 2016.

Saat ini, tengah dipersiapkan pusat stasiun penerima di Fresno County, California. Wilayah tersebut cukup jauh dari permukiman sehingga tak mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, hal itu lebih ekonomis karena lokasinya dekat dengan jaringan listrik nasional dan tak sejauh lokasi PLTM yang umumnya dibangun pada daerah terpencil di gurun.

"Meski sistem dengan ukuran sebesar ini dan konfigurasi eksaknya belum pernah dibuat, teknologi pendukungnya sangat matang dan berbasis teknologi satelit komunikasi," ujar Gary Spirnak, CEO Solaren Corp. Ia mengatakan proyek tersebut bakal menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar AS.

Pengembangan pembangkit listrik tenaga matahari juga menjadi ambisi badan antariksa Jepang (JAXA). Namun, teknologi yang dikembangkan Jepang akan memancarkan gelombang mikro ke Bumi. Jika pengujian sukses, Jepang akan meluncurkan sejumlah satelit pendukung untuk memproduksi listrik yang cukup untuk 500.000 rumah tangga.


manson silalahi
Sumber : PHYSORG

Jumat, 24 April 2009

keluargaku

keluarga ku

Hai teman semua..pa khabar?…saya harap kita semua selalau dalam keadaan yang sehat.Ohya Foto2 di bawah ini adalah foto kami sekeluarga…..selamat berkunjung..yach…..

Aku & Istri

Anak pertama Kami: Theodor Paskalis Silalahi

Anak ke 2 kami : Felixius Alvian Christoper Silalahi

Anak Bontot(3) kami : Gracia Stefanny sartika Silalahi

Anak2 Kami.